Kamis, 15 November 2012

Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Sosial



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
       Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positif maupun negatif. Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
1.2    Rumusan Masalah
ü      Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
ü      Bagaimana fungsi manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
ü      Apa saja Hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk individu dan
sosial ?
ü      Arti penting interaksi sosial dalam masyarakat          



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT
                 Pada dasarnya manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna, hal itu dijelaskan di dalam Alqur’an surat At Tiin ayat 5, artinya: ‘’sungguh kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya’’. Jika di amati Secara teori keindahan fisik manusia setidaknya mengandung 3 unsur yaitu contrast (pertentangan), simetry (keserasian) dan balance (keseimbangan). Dari semua organ-organ tubuh termasuk, mata, wajah,tangan,kaki dan sebagainya manusia mempunyai daya tarik  dan nilai keindahan tersendiri. Unsure kontras ada pada rambut, mata, gigi bahkan bentuk wajah. Sedangkan simetry dan keseimbangan ada pada mata, telinga, hidung dan lainnya.
a.    Manusia Sebagai Makhluk Individu
               Sebagai makhluk individu manusia mempunyai identitas tersendiri yang membedakan antara satu manusia dengan manusia lainnya.  Perbedaan yang melekat biasanya yaitu bentuk fisik, wajah, sifat dan yang umum biasanya Nama. Kalaupun ada nama yang sama itupun bersifat kebetulan saja. Ataupun perihal kasus kembar siam yang bila diamati bentuk fisiknya hampir sama. Namun  mahluk individu merupakan sunnatullah. Allah maha kuasa dan maha besar , tidak ada satupun mahkluknya yang luput darinya sehingga jumlah manusia yang hampir 2 miliard itu tidak ada satupun yang sama.
b.   Manusia Sebagai Makhluk Sosial
                     Umumnya manusia dilahirkan seorang diri, lalu mengapa harus bermasyarakat?. Manusia tidak sama dengan mahluk lainya seperti hewan. Ada hewan yang sejak lahir mampu untuk mencari makan sendiri misalnya ayam. Sejak lahir manusia membutuhkan bantuan orang lain seorang bayi misalnya harus dibantu untuk minum ASI ibunya, diajari berjalan, makan, berbicara dan lain sebagainya. Manusia tidak dibekali alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri seperti yang hewan miliki seperti cakar di harimau, untuk menerkam mangsa. Manusia dibekali  fikiran yang jauh lebih sempurna dari alat-alat fisik hewan, dengan fikiran manusia bisa dimanfaatkan untuk mencari alat-alat materiil yang diperlukan untuk kehidupannya.  Naluri manusia untuk hidup dengan orang lain disebut ‘’gregariousness’’ disebut juga social animal (hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama) sejak dilahirkan manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok yaitu:
1.    Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya
2.    Keinginan  menyatu dengan suasana alam sekelilingnya untuk menyesuaikan diri.
Dari kedua hal itu manusia menggunakan fikiran,perasaan ataupun kehendaknya.
c.    Adapun persyaratan tertentu manusia dinamakan kelompok sosial yaitu:
1.        Setiap anggota harus sadar bahwa dirinya bagian klompok tersebut.
2.        Adanya hubungan timbal balik antar anggota didalam kelompok itu.
3.        Adapun faktor yang dimiliki bersama dalam anggota kelompok itu misalnya  kesamaan kepentingan,tujuan ideology/politik.
4.        Berstruktur,kaidah dan mempunyai pola prilaku.

2.2  FUNGSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
a.    Peranan manusia sebagai makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi rohani  maupun jasmani. Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu dapat diketahui bahwa manusia memiliki hasrat dan martabat, memiliki hak-hak dasar, potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Dalam bermasyarakat individu memberikan fungsi positif antara lain:
1)     Perlu dihargainya harkat dan martabat dari seorang manusia
2)     Adanya jaminan akanhak dasar setiap manusia
3)     Berkembangnya potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif
Individu  juga dapat memberikan fungsi negatif antara lain :
1)     Tumbuhnya sifat individualisme dan egois di dalam hidup bermasyarakat
2)     Lunturnya simpati, empati dan gotong royong di dalam kehidupan bermasyarakat
3)     Penuh persaingan akibatnya masyarakat tidak tertip, atau perseteruan.
b.   Peranan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia akan senantiasa berhubungan dengan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi kebutuhanya sendiri.
Dalam berbagai kelompok sosial dibutuhkan norma-norma antara lain :
1)     Norma agama
2)     Norma kesusilaan
3)     Norma kesopanan
4)     Norma hukum
Peranan manusia sebagai makhluk soaial antara lain :
1)     Melakukan interaksi dengan manusia lain
2)     Membentuk  kelompok-kelompok sosial
3)     Menciptakan norma-norma sosial sebagai tata tertib kehidupan kelompok
Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan :
1)       menyimpang dari norma kolektif ; terjadi bila kepribadian individu tidak dominan sedangkan dia tidak mampu atau tidak mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2)       Kehilangan individualitasnya (resesif) ; terjadi bila kepribadian individu tersebut lemah dan takluk terhadap lingkungannya.
3)       Mempengaruhi masyarakat (dominan) ; terjadi bila kepribadian individu kuat dan mampu mempengaruhi dan menaklukkan lingkungannya.
Keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhkluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga menurut Willian J Goode :
1)      pengaturan seksual
2)      reproduksi
3)        sosialisasi [Charlotte Buchler] : proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri
4)       penempatan anak di dalam masyarakat
5)       pemuas kebutuhan perseorangan
6)       kontrol sosial yang berfungsi dalam mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai masyarakat melalui peran sosial anggota keluarga,
Masri singarimbun (1993) mengingatkan bahwa mobilitas penduduk yang semakin tinggi, nilai-nilai yang berubah, kontrak sosial yang longgar, manusia yang semakin individualistic, meripakan tantangan bagi keluarga masa kini dan yang akan datang.

2.3  HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Kolektivitas pada manusia disamping bersifat rohaniah. Menurut Durkheim kebersamaannya dapat dinilai sebagai mekanistis, merupakan  solidaritas organis yaitu atas dasar saling mengatur. Selain kepentingan individu, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi kesejahteraan bersama, yang disebut sebagai ‘pranata sosial’ atau abstraksi yang lebih tinggi lagi dinamakan ‘kelembagaan/institusi’.
Pranata sosial (Sumner) : perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal seta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pada intinya lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud kongret lembaga kemasyarakatan adalah asosiasi.
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan :
a.        dari sudut perkembangannya :
Ø    Crescive institutions : lembaga-lembaga primer, misal hak milik, perkawinan.
Ø                     Enacted institutions : lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi    kebutuhan tertentu, misal lembaga utang piutang, lembaga pendidikan
b.        dari sudut sistem nilai yang diterima masyarakat :
Ø         basic institutions : lembaga kemasyarakatan yang memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misal keluarga.
Ø         Subsidiary institutions : lembaga kemasyarakatan yang dianggap kurang penting, misal kegiatan-kegiatan rekreasi.

c.         dari sudut penerimaan masyarakat :
Ø         sosial sanctioned institutions : lembaga yang diterima masyarakat, misal sekolah.
Ø         sosial unsanctioned institutions : lembaga yang ditolak oleh masyarakat, misal kelompok penjahat, pencuri
d.        dari sudut penyebarannya :
Ø         general institutions, dikenal oleh semua masyarakat dunia, misal agama
Ø         restricted institutions, dianut oleh masyarakat tertentu,misalnya Islam,
e.         dari sudut fungsinya :
Ø         operative institutions : berfungsi menghimpun atau tata cara untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, misal lembaga industri
Ø         regulative institutions : berfungsi mengawasi tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri, misal kejaksaan.
Tiga asumsi berkaitan dengan perilaku manusia :
1)        Pandangan tentang sebab akibat (causalitas), bahwa perilaku manusia itu ada sebabnya.
2)        Pandangan tentang arah atau tujuan (directedness), yaitu  perilaku manusia tidak hanya disebabkan oleh sesuatu, tetapi juga mengarah pada tujuan tertentu.
3)        Konsep tentang motivasi (motivation), yang melatarbelakangi perilaku, yang dikenal sebagai suatu desakan atau keinginan atau kebutuhan, atau dorongan.
Beberapa teori yang menjelaskan latar belakang perilaku individu diantaranya :
1)      Teori Stimulus-Respon (Watson) menyatakan bahwa obyektifitas perilaku individu hanya berlaku pada perilaku yang nampak. Rangsangan mempengaruhi tingkah laku, bahkan menentukan tingkah laku tersebut.
2)      Teori sikap, sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu jika mendapatkan rangsangan tertentu. Disini individu memiliki potensi berupa Kognisi sosial (pengetahuan), Persepsi sosial, nilai dan konsep.
3)      Teori peran, peranan seseorang merupakan hasil interaksi dari diri sendiri dengan posisi (status) dengan perannya (menyangkut norma dan nilai)
4)      Teori medan, ruang kehidupan merupakan penentu dari perilaku seseorang. Ruang kehidupan ini merupakan interkasi manusia dengan lingkungannya.

2.4  INTERAKSI SOSIAL
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan anggota kelompok social yang dinamakan keluarga. Terkadang mereka bertemu untuk saling bertukar pengalaman. Saling bertukar pengalaman disebut social-experiences  dan mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang bersangkutan.
Macam-Macam Kelompok Sosial
a.      Klasifikasi tipe-tipe kelompok social
Tipe-tipe kelompok-kelompok social dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau atas dasar berbagai kriteria ukuran. Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi social dalam kelompok social tersebut. Beberapa sosiolog memperhatikan pembagian atas dasar kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling kenal mengenal (face to face groupings), seperti misalnya keluarga, dengan kelompok-kelompok social seperti kota-kota,  di mana anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan yang erat. Suatu ukuran lainnya adalah ukuran kepentingan dan wilayah. Suatu community (masyarakat setempat) misalnya kesatuan-kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan yang khusus/tertentu. Suatu association sebagai suatu perbandingan, justru dibentuk untuk memenuhi kepentingan yang tertentu. Sudah tentu anggota-anggota community maupun association sedikitnya sadar akan adanya kepentingan-kepentingan bersama. Berlangsungnya suatu kepentingan, merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe social. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang hidupnya sebentar saja, oleh karena kepentingannyapun tidak berlangsung dengan lama. Lain halnya dengan kelas atau community yang kepentingan-kepentingannya yang secara relative bersifat tetap (permanent).
Sampai pada kelompok-kelompok yang hampir tak terorganisir seperti  suatu kerumunan. Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternative untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe kelompok social tersebut adalah jumlah atau derajat interaksi social atau kepentingan-kepentingan kelompok, atau oragnisasinya maupun kombinasi dari ukuran-ukuran tersebut.
 Dasar untuk membedakan kelompok social, adalah factor-faktor sebagai berikut:
1.      kesadaran akan jenis yang sama,
2.      adanya hubungan social,
3.      orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.
Maka tipe umum dari kelompok-kelompok social adalah sebagai berikut:


1
2
3
1.
Kategori Statistik
-
-
-
2.
Kategori sosial
+
-
-
3.
Kelompok sosial
+
+
-
4.
5.
Kelompok tak teratur
Organisasi formal
±
+
±
+
-
+
    
(tanda + berarti ada factor seperti disebut di atas sedangkan – tidak ada)
1.      Kategori statistic, pengelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya, kelompok umur.
2.      Kategori social, kelompok individu yang sadar akan cirri-ciri yang dimiliki bersama, misalnya Ikatan Dokter Indosnesia
3.      Kelompok social, seperti misalnya, keluarga batih
4.      Kelompok tak teratur, berkumpulnya orang-orang disatu tempat pada waktu yang sama, karena pusat perhatian yang sama. misal orang antri karcis
5.      Organisasi formal, dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Misal birikrasi.
Dalam membicarakan kelompok-kelompok social, seharusnya dihindari faham  priory. Bahwa kelompok-kelompok social merupakan lawan daripada individu kedua-duanya hanya dapat dimengerti bila dipelajari didalam hubungan yang satu dengan yang lain (yakni sebagai pasangan).

b. Kelompok-kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
            Masyarakat yang masih sederhana susunannya, secara relative menjadi anggota dari kelompok-kelompok kecil.Kelompok-kelompok social biasanya adalah atas dasar kekerabatan, usia, sex, dan terkadang atas dasar perbedaan pekerjaan. Keanggotaan tersebut akan memberikan kedudukan. Selain itu si individu  merasa lebih tertarik oleh kelompok-kelompok social yang dekat seperti kehidupan kekerabatan, daripada dengan suatu perusahaan besar atau Negara.

c. In-group dan Out-grup
Kelompok-kelompok social yang mana individu mengidentifikasikan dirinya merupakan in-group-nya. apabila suatu kelompok social merupakan “in-group” atau tidak bagi individu, bersifat relative dan tergantung pada situasi-situasi social yang tertentu. Out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya yang sering dihubungkan dengan istilah-istilah “kami atau kita” dan “mereka” seperti “kami mahasiswa fakkultas hukum” sedangkan “mereka mahasiswa Fakultas Ekonomi”. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada factor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sikap-sikap in-group selalu ditandai dengan kelainan yang berwujud suatu antagonisme atau antipati. Kecenderungan tadi disebut etnocentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran kebudayaan sendiri. Di dalam proses tersebut seringkali dipergunakan stereotypen yakni anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek yang tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa setiap kelompok social, merupakan “in-group” bagi anggota-anggotanya. Konsep tersebut dapat diterapkan baik terhadap kelompok-kelompok social yang relative kecil sampai yang terbesar, selama para anggotanya mengadakan identifiasi dengan kelompoknya.

d. Primary Group dan Secondary Group
            Dalam klasifikasi kelompok-kelompok social, pembedaan yang luas dan fundamental adalah pembedaan antara kelompok-kelompok kecil di mana hubungan antara anggota-anggotanya rapat sekali di satu pihak, dengan kelompok-kelompok yang lebih besar di pihak lain. Sejalan dengan pembedaan tersebut, Charles Horton Cooley mengemukakan pendapat antara  Primary Group dengan Secondary Group yang ditulisnya dalam karyanya yang berjudul Social Organization pada tahun 1909. Menurut Cooley, primary groups adalah kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Dari apa yang dikemukakan oleh Cooley tersebut, dua hal yang penting, yaitu pertama-pertama bahwa dia bermaksud untuk menunjuk pada suatu kelas yang terdiri dari keompok-kelompok yang konkrit seperi misalnya keluarga. kedua adalah istilah saling kenal- mengenal di mana Cooley terutama menekankan pada sifat hubungan antar individu seperti simpati dan kerjasama yang spontan. kelompok-kelompok tersebut sangat penting bagi pembentukan ataupun perwujudan cita-cita social daripada individu. Jika benar maka tidak ada alas an untuk membedakan primary group dari secondary group. Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai teoti cooley tersebut, maka terutama akan dibicarakan hal-hal sebagai berikut:
  1. kondisi-kondisi fisik dari primary group
  2. sifat hubungan-hubungan primer,
  3. kelompok-kelompok yang konkrit dan hubungan-hubungan primer
Syarat-syarat yang sangat penting adalah pertama-pertama bahwa anggota-anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan antara satu dengan lainnya. Kedua, bahwa kelompok tersebut adalah kecil, yang ketiganya adalah adanya suatu kelanggengan daripada hubungan antara anggota-anggota kelompok yang bersangkutan.



BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto, dan Winarno.2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Bumi Aksara.
Lathif  Misno A., Tito Kusuma Wardhana, dan Linda Dwi Eriyanti.2006. Buku Ajar  Mahasiswa Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

http://calvinfatmanausia.wordpress.com/2011/10/20/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar